Tabea Waya e Karapi!

Sastra for Minahasa Masa Depan!

Mengapa sastra (baca: tulisan)?

Sebab tulisan adalah bentuk kasat mata dari bahasa yang adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasa atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.


Kemudian: Mengapa pake Bahasa Manado? No kong kyapa dang?

Karena tak ada lagi bahasa lain yang menjadi 'lingua franca" di se-enteru Minahasa hari ini selain bahasa yang dulunya torang kenal juga sebagai "Melayu Manado".

Yang terutama adalah bahwa lewat sastra kita dapat kembali menjabarkan “Kebudayaan Minahasa” hari ini. Dengan menulis kita dapat kembali meluruskan benang kusut sejarah Bangsa Minahasa. Lalu, lewat tulisan, kita menggapai keabadian, io toh?



Tulisan Paling Baru

ini tong pe posting terbaru.

CATATAN KAKI DARI PELUNCURAN 3 BUKU & DAN DEKLARASI 9 SOCIETY PRESS

Report by : Andre GB

Kembali lagi dari kaki gunung Lokon, hadir sekaligus tiga jawaban untuk tanah Minahasa : seni di sini, nyanda parna mati !
Buku Maesa Rondor Makaaruyen (kumpulan puisi Malayu Manado) karya Fredy Sreudeman Wowor, Enigma karya Greenhill Glanvon Weol dan Malesung Orisinil (kumpulan puisi Malayu Manado) karya Andre GB, diluncurkan bersamaan bertempat di Grace O’Nelwan Library Tomohon di rangkaikan sekaligus dengan acara deklarasi 9 Society Press (organisasi penerbit yang mengkonsentrasikan diri pada penerbitan khusus karya – karya sastrawan muda di Utara Celebes).
Pada acara yang di hadiri perwakilan 17 komunitas, sanggar, kolektif seni maupun para apresian seni sastra di Utara Celebes antara lain Komunitas Seni O (kOsen) Gorontalo, Teater Ungu FBS UNIMA Tondano, Teater Theknique FATEK UNIMA, Kolektif Kerja Budaya Rakyat (KKBR) Manado, Teater Bukit Hijau Perkamil Manado, Conggregacion Theatre Center (CTC) KGPM, Teater Kronis Manado, Kontra Sulut, Teater Lingkar Dua Tondano, Kelompok Studi Sastra Perempuan (KSSP) Tondano, Studio X Sonder Minahasa, Sanggar Arts Tomohon (SAT), Radio Suara Minahasa, Perpusatakaan AZR Wenas Tomohon, Theater Club Fakultas Sastra UNSRAT Manado, Bengkel Seni Teater Lilin (BSTL) UKI Tomohon dan 9 Society Press ini membicarakan soal proses lebih maju dari kegiatan kesusastraan di wilayah Utara Clebes ini.
Acara launching yang dirangkai diskusi tentang perkembangan seni yang menghadirkan narasumber Fajran Lamuhu (kOsen) membicarakan tentang riak -riak aroma sastra di daerah Gorontalo. Narasumber berikutnya yaitu Arie Tulus, memaparkan tentang gerak maju sastra di Sulawesi Utara.
Lalu ada agenda brainstormingdari ketiga penyair yang telah mengeluarkan karyanya seputar proses kreatif yang di jalani, bagi – bagi tips menyiasati susahnya penerbitan buku, juga ada pembagian buku puisi yang di luncurkan sebagai bentuk solidaritas dan stimulus berkarya bagi kelompok – kelompok yang datang.
Grace O’Nelwan sendiri mewakili 9 Society memaparkan tentang rencana ke depan siasat penerbitan karya sastra di Utara Celebes dan sebagai monumen pembuktian kepada diri sendiri juga kepada publik nasional maupun lokal, kalau karya seni khususnya sastra dari Utara Celebes ada dan terus tumbuh meski penuh tantangan.
Dan lagi – lagi, Tomohon bergolak dengan kehadiran 3 buku sekaligus. Menunggu Tondano, Sonder, Manado, Airmadidi, Amurang, Gorontalo, Kotamobagu dan Ratahan. Karena dari lantai dua Grace O’Nelwan Library sudah terdengar teriakan : Tomohon so ada ulang, kapan ngoni ?!

(Tomohon, 5 Desember 2007)

0 komentar: