Damai.... 'ntuk membicarakanmu,
brapa rupiah harus dikumpul bermodal proposal tuk sebuah Seminar Perdamaian
Damai..... 'ntuk menemukanmu,
brapa rupiah harus kami investasikan untuk membuat rusuh....
Damai.... 'ntuk menghalangimu,
brapa rupiah harus kami relakan supaya tak hilang kuasa disaat damai tiba....
Damai.... 'ntuk membuat orang berdamai,
brapa rupiah harus kami keluarkan untuk ganti rugi para pihak...
Damai..... kami takut kau tiba dan ganggu strategi politik kami....
siapa harus kami korbankan dan mangsa supaya kekacauan selalu ada ?
Damai.... nilai uang tak mampu membayar harga diri demi sebuah kerendahan hati untuk berdamai
Damai.... mungkinkah engkau objek bisnis potensial ? ataukah kau tlah menjelma sebagai komoditi impor-ekspor ? Berapakah modal investasi untuk Mem-bisnis-kanmu duhai damai ?
Damai.... mahal engkau......
Kau sering ingin hadir dengan bayaran mata uang 'air mata' saat saat mata uang itu banyak palsunya...
Darahpun seakan tak sanggup membuat kami bertemu dikau wahai damai....
Sang Raja Damai, Penguasa Kedamaian, pun harus membayarnya dengan kehinaan, penolakan, siksa, hianat, cambuk, salib dan darah !!!!
Damai.....
Mahal... tapi Sang Dunia merindumu bersama bergandeng tangan mesra menuju sorga.......
Toudano, 6 Des 09....
Tabea Waya e Karapi!
Sastra for Minahasa Masa Depan!
Mengapa sastra (baca: tulisan)?
Sebab tulisan adalah bentuk kasat mata dari bahasa yang adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasa atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Kemudian: Mengapa pake Bahasa Manado? No kong kyapa dang?
Karena tak ada lagi bahasa lain yang menjadi 'lingua franca" di se-enteru Minahasa hari ini selain bahasa yang dulunya torang kenal juga sebagai "Melayu Manado".
Yang terutama adalah bahwa lewat sastra kita dapat kembali menjabarkan “Kebudayaan Minahasa” hari ini. Dengan menulis kita dapat kembali meluruskan benang kusut sejarah Bangsa Minahasa. Lalu, lewat tulisan, kita menggapai keabadian, io toh?
Mengapa sastra (baca: tulisan)?
Sebab tulisan adalah bentuk kasat mata dari bahasa yang adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasa atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Kemudian: Mengapa pake Bahasa Manado? No kong kyapa dang?
Karena tak ada lagi bahasa lain yang menjadi 'lingua franca" di se-enteru Minahasa hari ini selain bahasa yang dulunya torang kenal juga sebagai "Melayu Manado".
Yang terutama adalah bahwa lewat sastra kita dapat kembali menjabarkan “Kebudayaan Minahasa” hari ini. Dengan menulis kita dapat kembali meluruskan benang kusut sejarah Bangsa Minahasa. Lalu, lewat tulisan, kita menggapai keabadian, io toh?
Tulisan Paling Baru
ini tong pe posting terbaru.
Puisi Meidy Tinangon: ""DAMAI yang MAHAL (mencipta damai di masa natal)".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar