Tabea Waya e Karapi!

Sastra for Minahasa Masa Depan!

Mengapa sastra (baca: tulisan)?

Sebab tulisan adalah bentuk kasat mata dari bahasa yang adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasa atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.


Kemudian: Mengapa pake Bahasa Manado? No kong kyapa dang?

Karena tak ada lagi bahasa lain yang menjadi 'lingua franca" di se-enteru Minahasa hari ini selain bahasa yang dulunya torang kenal juga sebagai "Melayu Manado".

Yang terutama adalah bahwa lewat sastra kita dapat kembali menjabarkan “Kebudayaan Minahasa” hari ini. Dengan menulis kita dapat kembali meluruskan benang kusut sejarah Bangsa Minahasa. Lalu, lewat tulisan, kita menggapai keabadian, io toh?



Tulisan Paling Baru

ini tong pe posting terbaru.

Puisi Denni Pinontoan: "Ibu, Inilah Anakmu", "Sajak Seorang koruptor", "Sunyi"..dsb


IBU, INILAH ANAKMU

“Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”
Sebuah pengorbanan ego demi perdamaian sejati
Sebuah penerimaan murni mematahkan keangkuhan
Sebuah kesadaran yang melampaui kenyamanan diri
Sebuah pengampunan sejati dari kesadaran yang mulia

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”
Kasih itu menghancurkan keberdosaan
Menembus tembok berhala buatan nafsu
Mengembalikan kesejatian manusia
Sebab sesungguhnya kemulian itu milik semua

“Ibu, inilah, anakmu!”
Dari rahim ibumu engkau dibentuk
Kepada rahim itu pengabdian dipatrikan
Sebagaimana rahim telah memelihara engkau
Peliharalah bumi ini sebagai rahim bersama

“Eli, Eli, lama sabakhtani?' Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Tapi, hidup itu tak selamanya terang
Kegelapan yang pahit sering datang
Penderitaan adalah konsekuensi pengabdian
Kita memanggil Dia, sebab Dia mendengar kita

“Aku haus!”
Setelah berjalan jauh dalam kegersangan
Kita membutuhkan oase penyejuk jiwa
Dari kehausan diri belajar menahan amarah
Air Kehidupan-Nya memuaskan dahaga nafsu

“Sudah selesai”
Kita tidak haus lagi
Ketika jiwa telah menemukan asalnya
Kekosongan diri membebaskan jiwa dari kehausan
Kematian ego membuka diri untuk perdamain dengan semua

“Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku”
Karya hidup demi penyembahan kepada-Dia
Menjadi makhluk untuk segala kaum
Pengabdian kita merayakan kasih-Nya
Belajar dari Dia yang mati demi semua


Bukit Inspirasi, Malam Jumat Agung
1 April 2010





SAJAK SEORANG KORUPTOR

Istriku, mulai malam ini
kau akan tidur sendiri di ranjang cinta kita
Suamimu ini tak akan pulang
Berhari-hari, berbulan-bulan atau bertahun-tahun
Lama kita tak akan bercumbu

Suamimu ini akan pergi ke tempat hukuman para penjahat
Menjadi orang yang terhukum di sana
Kemarin palu keadilan telah diketuk
Suamimu ini ketahuan mencuri uang rakyat

Istriku, jangan segan bilang ini kepada anak-anak kita
Lebih baik mereka tahu siapa ayah mereka ini darimu
Daripada mereka tahu dari caci maki orang
Memang ini menyakitkan buat kita, tapi begitulah yang harus terjadi
Ceritakan juga tentang sayangku kepada mereka

Istriku, ini bukan takdir kita
Ini adalah kesalahanku, suami yang korup ini
Ini bukan kecelakaan, melainkan kesengajaan
Ini bukan isu, melainkan fakta
Tapi kesalahan harus ditebus dengan hukuman


Istriku, relakanlah suamimu pergi
Menjalani masa liburan ini
Jangan kau resa, sebab ini cuma soal waktu
Kau kan sudah tahu, dengan uang
Bui bisa diubah menjadi hotel
Kalau kau rindu jenguk aku

Satu hal lagi, istriku
Jangan kau lupa berikan uang
kepada agamawan kita
Bagikan uang hasil curianku padanya
Berikan uang yang banyak kepada dia
Aku sudah meminta dia untuk mendoakan kepergianku

Selasa-010210




SUNYI


Cahaya rembulan di antara nyiur
Menembus dinding hati yang sunyi
Gonggongan anjing bersahutan
Malam semakin larut menuju peraduan





KEJAHATAN SUCI

Awan gelap menyesatkan pandangan
Siang terasa malam ketika semua menjadi hitam
Ketidakadilan menyamar serupa sosok malaikat
Kesucian tercabik oleh kesesatan kekuasaan

Takhta suci sang kaisar beralaskan kebencian
Sabdanya manis didengar namun tersirat kepalsuan
Tiada satupun manusia yang boleh melanggarnya
Kebenaran menjadi tunggal dengan tongkat emas

Segerombolan penjilat mendekati sang kaisar
Berharap pangkat dan kursi kekuasaan
Sang kaisarpun lupa diri dan lupa Tuhan
Sebuah kekuatan yang tampak suci terbangun dan siap memangsa

Kekuasaan mereka itu hampir membius semua orang
Dikira sabda mereka firman yang tak pernah salah
Hampir tak ada yang berani mengatakan tidak pada sabda itu
Padahal, sabda itu adalah kata-kata palsu yang membius kesadaran

Korban kekuasaan sang kaisar berjatuhan
Meninggalkan noda-noda hitam penghancuran kemanusiaan
Teriakan minta tolong hampir tenggelam dengan kebisingan khotbah
Kuburan massal keberingasan sang penguasa menjadi monumen sejarah kelaliman

Oh, Opo Empung!!
Tidak pedulikah Kau pada kehancuran ini?
Di manakah Kau ketika korban berjatuhan?
Apakah Kau masih melihat semua ini?
Kenapa Kau biarkan sang jahat menyelinap dalam jubah-jubah suci itu?

Oh, Opo Empung!!
Ataukah Engkau sedang membiarkan kami menghadapi sendiri kegilaan ini?
Memberi kami kesempatan untuk belajar tentang kebenaran yang sesungguhnya
Mencari tahu makna-makna keadilan dengan ketajaman nurani
Agar dari puing-puing kehancuran ini kami berdiri dan bangkit

Nabi Amos berseru:
“tetapi biarlah keadilan
bergulung-gulung seperti air
dan kebenaran seperti sungai
yang selalu mengalir”.

Maka,
Keyakinan berkata, tidak ada yang kekal di kolong langit ini
Kebobrokan yang dibungkus dengan sabda-sabda suci pun kan terbongkar
Kebenaran, sekalipun diracuni dengan kesesatan tak akan pernah mati
Dan kami akan membangun peradaban ini dari kepercayaan pada keadilan dan kedamaian…

Pojok Fakultas Teologi UKIT 1 Februari 2010





SORE DI BUKIT INSPIRASI

Sore yang menyenangkan berjalan dengan buah hati
Bergandengan kami menapaki jalan kecil
Echa, kalo besar jadi pendeta jo neh...
Di Bukit Inspirasi mengayuh langkah pasti
Menatap lokon yang mulai menghitam

Echa, si kecilku kegirangan tertawa
ketika melihat anak-anak bermain bola
Belum banyak yang bisa ia ucap
Tapi aku tahu sore itu ia gembira

Mahawu tak tampak, terhalang Auditorium
Echa pasti belum tahu arti gedung itu
Iya juga belum tahu apa arti lokon
apa arti mahawu yang tak tampak itu

Yang dia tahu, lelaki yang memegang
tangannya yang mungil itu ayahnya
Yang dia tahu ada yang menarik
sehingga dia tertawa menikmati sore itu

Sore itu, Echa yang menyadarkanku
aku, ayahnya ini, tentang arti sore
tentang arti lokon yang menghitam
tentang mahawu yang tak tampak

Aku baru sadar, bahwa ada kehidupan
di bukit inspirasi yang berangin ini
Bukit Inspirasi yang memang inspiratif
Aku sadar, setelah hampir tersesat....




LEVIATHAN

Leviatan itu adalah:
rezim
perintah
hukum
bedil
......

Leviathan itu adalah:
pasar
eksploitasi
diskriminasi
marginalisasi
......

Korbannya adalah:
pegawai rendahan
buruh
petani
nelayan
flora
fauna
......

Hasilnya adalah:
kemiskinan
kebodohan
kerusakan
kegersangan
......

K-E-M-A-T-I-A-N!!!!!




KASIANG

Kasiang,
Om Alo so stenga mati ba pacol
maar depe rumah tetap atap katu
depe anak-anak pa mabo samua
depe bini iko-iko mata pa birman

Maar,
Tu Om Jeksen, stenga taong di kota
jadi kata wakil rakyat dari partai
depe rumah so ada di Citra Land
depe bini, setiap hari ka salon…


12 Januari 2010
Bersama dinginnya Bukit Inspirasi

0 komentar: